Video Memilukan Kakek Mengais Tumpukan Sampah untuk Cari Makanan

Ramadhan merupakan bulan di mana kaum muslim diajarkan merasakan perjuangan kehidupan saudaranya yang kekurangan. Dengan menahan lapar dan haus, seorang muslim dilatih mengetahui kondisi masyarakat tak berpunya yang senantiasa mengalami cobaan itu hampir setiap hari 
Bagi warga yang kurang beruntung, mereka masih harus berjuang menemukan makanan sekadar untuk berbuka puasa.
Baru-baru ini viral sebuah video yang diunggah oleh Mizan Dmhba melalui akun Facebooknya. Video itu memperlihatkan seorang kakek sedang mengais-kais tumpukan sampah. Pria lanjut usia itu ternyata sedang berusaha mencari makanan yang dianggapnya layak dimakan untuk berbuka.
" Selama perjalanan kami dari Pengkalan Chepa ke Ketereh, Kelantan, untuk mendistribusikan sumbangan, kami menemukan seorang lansia yang sedang mencari-cari sampah," tulis Mizan.

Memprihatinkan

" Saya minta untuk menghentikan mobil dan mendekati lansia tersebut. Dia mengatakan kepada saya bahwa dia sedang mengumpulkan sisa roti untuk dimakan. Kami memberinya sekantong beras dan sejumlah uang. Masih banyak di luar sana yang membutuhkan bantuan kita," tulis Mizan dalam akun Facebooknya.
Mizan melalui akun Facebooknya mengingatkatkan masih banyak orang di luar sana yang membutuhkan bantuan kita.
Pesan untuk Sahabat Dream, jika melihat seseorang yang membutuhkan, jangan ragu untuk membantu. Tetapi tetap harus menjaga jarak sosial selama periode PSBB akibat pandemi Covid-19 ini.
Meski sedikit, bisa sangat bermanfaat bagi saudara kita.

Ini Kisahnya

Tinggal di Gubuk, Amin Hadapi Wabah Corona Tanpa Uang dan Obat
Dream - Pandemi virus corona tiap harinya kian mencekik Amin beserta keluarga. Jangankan membeli obat, uang untuk makan sehari-hari saja kesulitan.
Sejak virus corona mewabah, Amin mengungsikan keluarganya ke rumah mertua. Hal ini disebabkan Amin kerap kesulitan mencari nafkah.
Kondisi semakin payah karena keadaan kakinya yang bengkak kemerahan, membuatnya sulit berjalan. Amin sendiri tak tahu penyakit apa yang dia derita, lantaran tak miliki fasilitas BPJS untuk berobat.
Saat ini Amin lebih banyak berdiam di gubuknya berukuran 2x2 meter di Kampung Wedas Nenggang, Desa Sindangsari, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang, Banten.

Gubuk Prihatin

Gubuk tersebut sangat jauh dari kesan mewah. Terbuat dari bahan bekas seadanya.
Dindingnya terbuat dari seng, terpal dan karung bekas. Atapnya dari anyaman daun kelapa.
Tak ada dapur ataupun kamar mandi. Untuk mandi, cuci, kakus, Amin dan keluarga biasanya pergi ke tempat pemandian umum di kampungnya.
" Istananya" itu dibangun dengan kedua tangannya di atas tanah milik sebuah perusahaan. Letaknya bersebelahan dengan empang, kebun kangkung dan pohon bambu.
" Tadinya istri tinggal di sini (gubuk), sekarang dititip ke rumah mertua karena enggak ada beras," kata Amin, dikutip dari Liputan6.com.

Buruh Serabutan, Jual Daun Singkong

Selama ini, Amin bekerja buruh serabutan. Dia kadang menjadi kuli panggul di Pasar Petir dengan penghasilan paling besar Rp50 ribu per harinya.
Sebagai sampingan, dia menjadi petani singkong namu tidak bercocok tanam di tanah sendiri. Tanah yang ditanaminya milik orang lain.
Biasanya, daun singkong tanamannya dijual ketika tidak punya uang. Atau jika ada yang membutuhkan daun tersebut.
Amin bercerita pernah ada yang memesan daun singkong. Tetapi saat dikirim ke rumahnya, sang konsumen batal membeli karena daun sudah layu sehingga terpaksa dibuang.
" Kemarin jual daun singkong untuk beli obat, pas dibawa enggak diterima sama yang mesen," kata Amin nasibnya di tengah wabah Corona.